BukaBerita - Juru kunci Gunung Merapi, Mas Penewu Surakso Hargo atau Mbah Maridjan meninggal dunia di usia 83 tahun -- saat awan panas 'wedus gembel' menerjang desanya yang asri, Kinahrejo, Selasa 26 Oktober 2010 petang.
Keputusannya tak mau meninggalkan Merapi, ia bayar dengan nyawa.
Sultan Hamengkubuwono X mengatakan pihak keraton berkali-kali meminta Mbah Maridjan turun gunung saat Merapi berstatus Awas.
"Dulu tahun 2006 saya suruh turun dia nggakmau, mbalelo, tapi malah dijadikan idola oleh media," kata Sultan di Kantor Gubernur Kepatihan, Yogyakarta, Jumat 29 Oktober 2010.
"Sekarang, Mbah Maridjan meninggal terkena awan panas Merapi dipersoalkan," tambah Sultan.
Jelang erupsi Merapi, Selasa 26 Oktober 2010, kata Sultan, Mbah Maridjan sudah dibujuk langsung oleh Wakapolda DI Yogyakarta.
Tapi, "ini mungkin cara yang diinginkan Mbah Maridjan untuk meninggal dengan melaksanakan tugas sebagai juru kunci," tutup Sultan.
Sultan tak hadir dalam pemakaman abdi dalemnya ini. Namun, ia mengirim putrinya, GKR Pembayun dan sejumlah adiknya ke pemakaman keluarga di Srumen, Glagaharjo, Cangkringan -- masih di kaki Merapi, tempat jasad MbahMaridjan dibaringkan selamanya.
Letusan Merapi 2010 mengakhiri pengabdian Mbah Maridjan. Sang kuncen ikut tewas diterjang wedus gembel. Ia ditemukan dalam posisi bersujud.
Mbah Maridjan diangkat menjadi juru kunci Gunung Merapi sejak 1982, oleh Sultan Hamengkubuwono IX.
Sebagai kuncen, ia bertugas memimpin upacara tahunan Labuhan -- pemberian sesaji pada Merapi.
sumber: vivanews
Jumat, 29 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar