Setelah mengalami kecelakaan mobil pada 1983, Houben didiagnosa mengalami kondisi vegetatif, namun tampak seperti sadar sepanjang waktu. Pakar bidang otak yang menggunakan alat khusus pemindai (scan) otak, yang belum ada pada dekade 1980-an, membuka peluang Houben untuk kembali normal.
Houben kini berusia 46 tahun dan baru bisa berkomunikasi dengan satu jari pada layar khusus di kursi rodanya. "Sangat tidak berdaya. Awalnya saya marah. Kemudian saya belajar menerimanya," katanya sembari menekan layar saat unview dengan jaringan RTBF di Belgia, Senin 23 November 2009. Dia menyebut penyelamatannya sebuah kelahiran baru.
Selama bertahun-tahun, orangtua Houben menolak diagnosis dokter dan menganggap putra mereka mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. "Kami tidak akan membiarkannya meninggal," kata ibunya, Fina. Perkiraan Fina benar saat terobosan terjadi. "Saat itu saya tahu saya benar," katanya.
Berdasarkan studi yang dipimpin Steven Laureys dari Grup Sains Coma Belgium, selama 23 tahun kesalahan diagnosis pasien dengan kelainan kesadaran sering terjadi.
"Mengabaikan pentingnya akurasi diagnosa, tingkat kesalahan diagnosa pada penderita dengan kondisi vegetatif secara substabsial tidak berubah dalam 15 tahun terakhir," ungkap studi itu. Studi juga menemukan lebih dari 43 persen pasien dengan kelainan kesadaran seringkali didiagnosa mengalami kondisi vegetatif.
Koma adalah kondisi tidak sadar dimana mata tertutup dan pasien tidak dapat membukanya. Kondisi vegetatif adalah sebuah kondisi dimana mata dapat membuka dan bergerak, dan pasien memiliki periode tidur dan sadar, tetapi lebih banyak tidak sadar dan tidak dapat merespon atau berpikir.
"Masih banyak yang harus dilakukan untuk melakukan diagnosa yang lebih baik," kata Caroline Schnakers dari Kelompok Sains Koma.
Selama dua dekade terbaring dalam diam, penglihatan Houben berkurang, tetapi para pakar mengatakan dia dapat mendengar dokter, perawat dan pengunjung di sampingnya, serta merasakan sentuhan. Houben mengatakan selama 23 tahun Houben mendengar mengenai kematian ayahnya, namun tidak dapat menunjukkan reaksi emosi apapun. Setelah bertahun-tahun, ibunya membaya Houben ke Amerika Serikat dan menjalani lima kali pengecekan. Pengecekan selanjutnya membawa Houben dalam PET scan.
"Kami melihat kondisi otaknya nyaris sempurna,"kata neurologis Audrey Vanhaudenhuyse yang menangani Houben selama tiga tahun. Dokter dan keluarga kemudian mulai membangun komunikasi dengannya. Terobosannya, Houben dapat menggerakkan kakinya mendorong peralatan komputer untuk menyatakan ya atau tidak. Dari situ muncul penggunaan layar sentuh sebagai alat komunikasi Houben.
Houben didiagnosa menderita "sindrom terkunci (locked syndrome), dimana orang tidak dapat bergerak dan berbicara tetapi bisa berpikir.
"Bayangkan diri kita hanya dapat berbaring, ingin berbicara dan bergerak tapi tidak dapat melakukannya, padahal kamu kepalamu baik-baik saja," kata Vanhaudenhuyse. "sangat sulit baginya dan dia menunjukkan kemarahan. Ini kondisi normal karena dia sangat frustasi,".
Setelah menderita begitu lama dalam kesunyian, Houben mulai menulis buku. "Dia hidup dari hari ke hari. Dia bisa sangat bahagia," kata ibu Houben. Belakangan, Houben juga bermaksud menanam pohon. "Satu surat yang dia tulis telah dimasukkan ke makam ayahnya. Dia menutup mata selama setengah jam karena tidak dapat menangis," jelas ibu berusia 73 tahun itu.
Hanya sedikit peluang fisik Houben akan membaik, namun ibunya tidak mau menyerah begitu saja. "Kami akan mencari dan terus mencari, kami sudah melakukannya selama 26 tahun," kata Fina.