Kamis, 06 Agustus 2009
Sang Kontroversial Mbah Surip
- BukaBerita - Sunarto begitu sumringah. VCD dagangannya sejak Selasa, 4 Agustus sore, laris manis. Tidak kurang dari 70 VCD album 'Tak gendong' yang dinyanyikan Mbah Surip ludes hanya dalam hitungan jam saja.
"Sejak sore hingga malam, pembeli umumnya membeli VCD Mbah Surip. Sampai-sampai saya harus pesan lagi ke bos," ujar pedagang yang mangkal di depan Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, kepada detikcom.
Sunarto mengatakan, rata-rata, pembeli VCD lagu Mbah Surip adalah anak-anak dan orang tua. Bahkan banyak anak-anak di bawah lima tahun yang merengek kepada ibunya untuk dibelikan VCD Mbah Surip.
Bukan hanya VCD bajakan 'Tak Gendong' saja yang laku keras. Keping CD asli yang dijual di sejumlah toko juga laris terjual. Bahkan, penjualan CD album asli karya Mbah Surip itu hanya bisa dikalahkan mendiang raja pop dunia, Michael Jackson.
"Untuk artis lokal CD Mbah Surip itu paling laris di sini. Yang mengalahkan cuma Michael Jackson," jelas Nanang, penjual CD asli album Mbah Surip di Blok M Plasa.
Lagu 'Tak Gendong' yang dirilis sejak pertengahan 2008 lalu memang telah menyihir masyarakat Indonesia beberapa bulan terakhir. Lagu berirama reggae itu mulai meledak dipasaran sejak Juni 2009.
Saking populernya, lagu 'Tak Gendong' selalu bercokol di peringkat atas sejumlah tangga lagu di radio-radio. Bahkan, 'Tak Gendong' juga menduduki peringkat teratas lagu yang paling banyak di download sebagai nada panggil atau ring back tone (RBT) di Indonesia. Kali ini, Mbah Surip mengalahkan RBT raja pop dunia, Michael Jackson dan d'Masiv yang sedang tren.
Bagi Mas Inung, sahabat Mbah Surip, moncernya sosok pria kelahiran Mojokerto, 6 Juni 1957 itu, bukan hal yang aneh. Sebab Mbah Surip dianggap sudah punya bakat yang siap meledak sewaktu-waktu.
"Sejak lama saya sudah menduga kalau Mbah Surip itu akan populer. Dia tidak berbahaya bagi siapapun. Dan sosoknya bagai petasan yang siap meledak suatu saat. Dan sekaranglah ledakan itu terjadi," kata Inung yang mengaku sempat menjadi guru vokal Mbah Surip, sejak 1983 sampai 1985.
Potensi yang dimiliki Mbah Surip, kata Inung, sudah terlihat sejak pertengahan 1980-an. Menurut pelatih vokal tenor ini, setiap pria nyentrik itu manggung di mana pun selalu mendapat aplaus dari penonton.
Ditambahkan Inung, fenomena Mbah Surip sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Hanya baru setahun terakhir ini, karir musik itu tercover secara luas di seluruh Indonesia. "Fenomena Mbah Surip itu sudah sejak lama. Hanya sekarang saja baru terpublikasi secara luas," tuturnya.
Namun sang sahabat ini justru menyayangkan, boomingnya nama Mbah Surip justru menjadi masalah tersendiri. Saat manggung di Kridosono, Yogyakarata, sebulan lalu, Inung melihat sahabatnya itu terlihat sangat kelelahan. Ia seperti terekslpolitasi.
"Sikapnya tidak meledak-ledak seperti dulu. Bagi saya itu sebuah firasat kalau Mbah Surip akan meninggal," jelas Inung yang mengaku sehari-hari sering ber-SMS-an dengan Mbah Surip.
Kesan yang sama juga disampaikan Anto Baret, sahabat Mbah Surip yang lain. Kepada detikcom, pimpinan Komunitas Penyanyi Jalanan ini mengaku, sehari sebelum wafatnya, Mbah Surip sempat mengirim pesan singkat yang mengatakan kalau dirinya merasa kelelahan.
"Sejak albumnya meledak dia memang banyak menerima order. Sedangkan kondisinya saat ini sudah semakin menua. Jadi wajar kalau dirinya merasa kecapekan," jelas Anto.
Dua bulan belakangan, Mbah Surip yang sebelumnya mengaku pernah bekerja di perusahaan pengeboran minyak itu memang kebanjiran order manggung. Dalam sehari, paling tidak Mbah Surip harus tampil di 5 acara. Lokasinya pun terkadang tidak berdekatan. Pagi di Jakarta, siang hari bisa di Bandung atau Yogyakarta.
Keterangan Petrus Idi Darmono dari manajemen Kampung Artis, setiap manggung Mbah Surip dibayar Rp 15 juta. Harga itu belum termasuk band pengiring.
Namun Petrus membantah kalau padatnya jadwal Mbah Surip karena order dari manajemen Kampung Artis. Kata Petrus, selam sebulan berada di naungan manajemen Kampung Artis, baru tiga kali mereka memberikan pekerjaan.
Petrus mengungkapkan, meski berada di bawah manajemen Kampung Artis, keputusan jadwal tetap ada di tangan Varid, anak keduanya. Jadi, mayoritas kegiatan manggung Mbah Surip ditangani Varid. Sekalipun dalam perjanjian, Kampung Artis akan menangani Mbah Surip sampai 3 tahun ke depan.
Lantas berapa omset Mbah Surip selama manggung? Petrus tidak bisa memastikan besaran jumlahnya. Alasannya, manajemen hanya 3 kali mengorder. Sementara Varid, yang disebut-sebut mendominasi jadwal manggung sang bapak, belum bisa memberikan keterangan.
sumber: Detiknews.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar