BukaBerita ~ Memperingati enam tahun musibah tsunami Aceh, warga memadati komplek pekuburan masal yang berada di desa Ulee Lheu Banda Aceh. Mereka larut dalam doa mengenang peristiwa yang menewaskan 220 ribu orang di Aceh dan wilayah lain di Samudera Hindia.
Nurhayati 50 tahun, warga Langsa, mengaku sengaja datang ke Banda Aceh untuk mendoakan keluarganya. Tiga orang putrinya yang sedang menuntut ilmu di Banda Aceh, ikut hilang dalam peristiwa enam tahun lalu itu.
“Saya tidak tahu di mana mereka dikuburkan, setiap tahunnya saya selalu datang ke kesini untuk mendoakan mereka,” katanya, Minggu, 26 Desember 2010.
Nurhayati tampak tidak bisa menutupi rasa harunya. Bulir Air matanya jatuh membasahi sebuah Al Quran kecil yang dibacanya.
Nurhayati 50 tahun, warga Langsa, mengaku sengaja datang ke Banda Aceh untuk mendoakan keluarganya. Tiga orang putrinya yang sedang menuntut ilmu di Banda Aceh, ikut hilang dalam peristiwa enam tahun lalu itu.
“Saya tidak tahu di mana mereka dikuburkan, setiap tahunnya saya selalu datang ke kesini untuk mendoakan mereka,” katanya, Minggu, 26 Desember 2010.
Nurhayati tampak tidak bisa menutupi rasa harunya. Bulir Air matanya jatuh membasahi sebuah Al Quran kecil yang dibacanya.
Hampir semua orang yang memadati komplek peburuan masal Ulee Lheu membacakan surat yasin untuk mendoakan keluarganya yang menjadi korban.
Lina, 38 tahun, warga Blang Oi Banda Aceh, mengaku telah mengunjungi tiga komplek pekuburan masal yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Sama seperti Nurhayati, dia juga tidak menemukan jasad keluarganya.
“Suami dan anak-anak saya hilang, saya sudah mengunjungi kuburan masal di Lhoknga, di Siron, dan terakhir di sini,”sebutnya.
Tahun ini, pemerintah Aceh memusatkan doa memperingati enam tahun tsunami Aceh di kawasan Pantai Ulee Lheu, Banda Aceh.
Warga Aceh juga dihimbau untuk mengelar doa bersama di masjid-masjid dan surau.
Rencananya setelah shalat Dzuhur akan digelar tausiah dan renungan tsunami Aceh di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Acara ini akan diisi dengan ceramah dari mantan ketua MPR-RI, Hidayat Nurwahid, dan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring.
Baca Juga:
- Perbedaaan Jakarta Dilihat dari Satelit NASA
- Bos WikiLeaks: Saya atau AS Yang Teroris
- Indonesia Siap Hadapi Malaysia !
0 komentar:
Posting Komentar